expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>
Welcome To My Blog Guys

Minggu, 06 Mei 2012

LAPORAN STUDI PRAPENELITIAN SEJARAH TAMAN PRASEJARAH SUMPANG BITA

LAPORAN
STUDI PRAPENELITIAN SEJARAH
TAMAN PRASEJARAH SUMPANG BITA
“GUA BULU SUMI”
OLEH
X TKJ 1 (KELOMPOK II)

Laporan ini sebagai salah satu persyaratan dalam proses pembelajaran IPS
SMK NEGERI 4 MAKASSAR
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNOLOGI KOMPUTER DAN JARINGAN



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai Negara zamrud Khatulistiwa dan kepulauan memiliki ribuan pulau yang dari beranekaragam keindahan alamnya serta mempunyai banyak  potensi yang menarik minat dan perhatian masyarakat baik wisata bahari, religius, budaya, pendidikan, maupun ilmiah.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari upaya pemerintah dan dukungan dari masyarakat. Salah satu upaya yaitu kebijakan pemerintah dalam bidang kepariwisataan, yang diharapkan mampu menjadi sektor andalan yang dapat menggerakkan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, untuk disuatu daerah memerlukan sarana dan prasarana dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat yang berada di sekitar objek wisata tersebut.

Dirjen pariwisata dalam Muhammad Ramli (2008) menyatakan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejaraah bngsa dan tempat atau keadaaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Suatu daerah untuk dijadikan daeraah wisata harus memenuhi beberapa syarat.

Salah satu tempat wisata wilayah pesisir yang mempunyai keragaman dan kekayaan yang tinggi dari bentuk alamnya, adat, budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisata taman prasejarah berbasis masyarakat.

Salah satu wisata taman prasejarah yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu taman prasejarah Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene. Salah satu sisi potensialnya adalah keindahan alamnya dan benda-benda prasejarah.

Satu hal yang menarik di Sumpang Bita yakni tangga seribu yang dapat dijadikan peninggalan prasejarah yang perlu dilestarikan. Oleh karena itu, dibutuhkan bentuk pengelolaan agar dapat dijadikan tempat wisata taman prasejarah yang banyak diminati oleh turis lokal maupun non-lokal. Turis lokal biasanya berasal dari berbagai wilayah di Indonesia sedangkan turis non-lokal berasal dari berbagai Negara.
 Sumpang Bita merupakan gua terbesar di kabupaten Pangkajene (Pangkajene dan kepulauan) dan bahkan di Sulawesi selatan, serta memiliki kubah yang tinggi danmelandai ke belakang. Mulut gua menghadap ke timur (N.90 E). Leang atau gua ini terletak 150 meter dari permukaan tanah atau 280 meter di atas permukaan laut.
kelembaban dan hasil kelapukan 40% dgn PH 6,6. ukuranmulut gua adalah tinggi 10 meter dan lebar 14 meter, sedangkan dalamnya 50 meter. gua supang bitaterbagi atas 2 ruangan besar oleh dinding tengah. Ruang 1 terletak di sebelah utaradan ruang II di sebelah selatan. Ruang II lebih besar dari ruang I di sebelah utara terdapat panel ayang berlukisan rusa besar yang sedang meloncat. ukuran panjang 212 cm dan lebar 84 cm. Di depan lukisan rusa itu terdapat sejumlah cap tangannegative (hand stencils). di dinding sebelah ruang I terdapat panel Byang berlukisan sampai satu buah. Di atas sampan terdapat lukisan babi dua ekor dengan posisi kepala ke bawah. Pada panelini juga terdapat sejunlah cap tangan negative (hand stencils). di dinding sebelah utara ruang II, terdapat panel C yang dihiasi sejumlah lukisan babi dan hand stancils. lukisan babi yang terbesar berukuran panjang 90 cm dan lebar 48 cm, sedangkan lukisan babi yang terkecil berukuran panjang 6 cm dan lebar 4 cm. Di dinding belakang ruang II terdapat panel D yang berlukisan babi, cap kaki negatif dan tangan negatif. di dinding selatan ruang II terdapat panel E yang berisi cap tangan negative (hand stencils) yang cukup banyak. Lukisan dinding (Rock Painting) tersebut kesemuanya memakai cat berwarna merah. Cap tangan negative ada dua macam, yang pertama memakai lengan bawah dan lainnya tanpa lengan

Berdasarkan uraian diatas, kami dari peneliti sangat tertarik untuk meneliti potensiyang tedapat pada objek wisata Sumpang Bita sebagai objek wisata andalan Kabupaten Pangkajene.

B.   RUMUSAN MASALAH
Apakah objek wisata purbakala Sumpang Bita berpotensi sebagai objek wisata andalan di Kabupaten Pangkajene?
C.   TUJUAN PRAPENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui potensi objek wisata Sumpang Bita sebagai objek wisata andalan di Kabupaten Pangkajene.
D.   MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini sebaagai berikut:
1. Secara Teoritisa
A. Menambah pengetahuan tentang pengembangan obyek wisata purbakala diKabupaten Pangkajene beserta manfaatnya terutama masyarakat sekitar  pembangunan.
 B. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian lanjutan.
2. Secara praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan pada semua pihak yang terkait dalam pengembangan obyek wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangkajene

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Dasar Penetapan Sebagai Taman Purbakala
Kompleks Gua Sumpang Bita terletak di Desa Sumpang Bita,  Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene (Pangkaje'ne Kepulauan). Berada diKilometer 55 sebelah utara Kota Makassar, dengan posisi astronomis 5°20'LS dan 199°38'BT. Untuk mencapai lokasi ini dapat mempergunakan sepeda motor, mobil pribadi atau pete-pete (angkot) jurusan Pangkajene. Pete-pete ini banyak dijumpai di Pintu I UNHAS Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10. DariKota Makassar menuju ke arah utara melalui jalan poros Makassar-Pare-pare sampai di Km 55 Kampung Soreang, membelok ke kanan menuju pabrik Semen Tonasa. Dari pabrik semen Tonasa ke arah timur menuju Kompleks Taman Prasejarah Sumpang Bita sejauh 3 Km melalui jalan sedikit mendaki selebar 5 m.

 Kompleks Gua Sumpang Bita terdiri atas dua leang masing-masing disebut Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi. Kedua leang ini letaknya berjauhan, dibatasi oleh bukit kapur.
Leang Sumpang Bita, memiliki langit-langit yang tinggi dan melandai ke belakang. Mulut gua menghadap ke timur (N.90° E). Leang ini terletak 150 m dari permukaan tanah atau 280m diatas permukaan laut. Kelembaban dan hasil kelapukan 40% dengan PH 6,6. Ukuran mulut leang adalah tinggi 10m dan lebar 14m, sedangkan dalamnya 50m.
 Temuan di Leang Sumpang Bita didominasi oleh lukisan dinding gua (rock art) yang cukup banyak dan tidak ditemukan sampah dapur (kitchenmidden) serta alat litik yang representative maka dapat dikatakan bahwa Leang Sumpang Bita adalah tempat upacara sakral. Pada ruang bagian utara terdapat sebuah lukisan berupa babirusa (Elaphurus davidanus) yang sedang meloncat. Didepan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan. Ada pula lukisan sampan yang di atasnya terdapat lukisan dua ekor babirusa dengan posisi kepala ke bawah.
Gua Sumpang Bitta ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss pada tahun 1902. Gua ini merupakan peninggalan dari penduduk Toala yang berarti orang bertempat tinggal di hutan. Di dalam gua itu terdapat beberapa lukisan seperti  telapak tangan orang dewasa dan anak-anak, telapak kaki, rusa, babi, ayam, dan sebuah sampan atau perahu. Semua gambar-gambar ini berwarna merah karena merah melambangkan keberanian. Warna ini terbuat dari hematite atau oker yang di kunyah hingga hancur disemprotkan ke telapak tangan yang telah diletakkan di dinding gua.

Adapun jumlah lukisan menurut obyeknya:
1.      Cap tangan negatif 
Gambar 1.1 lukisan tangan di dinding gua sumpang bita
- tangan kanan dewasa 15 buah
- tangan kiri dewasa 21 buah
- rusak (tak dikenal kiri atau kanan) 1buah
- tangan kanan anak-anak 12 buah
- tangan kiri anak-anak 4 buah


2.  Cap kaki negative: 
- kaki kanan dewasa 1 buah
- kaki kiri dewasa 1 buah
3. Lukisan babi hutan 12 buah
4. Lukisan Babi Rusa 1 buah
5.. Lukisan sampan 1 buah
          
Adapun arti dari lukisan-lukisan tersebut yaitu:
1.    Telapak tangan yang utuh melambangkan sebagai penolak malapetaka atau roh jahat. Dan yang tidak utuh melambangkan turut berduka cita salah seorang anggota keluarga wafat.
2.    Gambar rusa, babi melambangkan sebagai suatu pengharapan bila pergi berburu agar memperoleh binatang yang sejenis/lebih besar dari itu.
3.    Gambar perahu melambangkan sebagai sarana angkutan untuk mencapai tujuan karena daerah mereka pernah dilanda laut.


B.   Hubungan Gua Sumpang Bita dengan Gua Bulu Sumi
Adapun hubungan antara Gua Sumpang Bitta dengan Bulu Sumi merupakan satu rangkaian  yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Disana terdapat sumber mata air yang terletak di kaki bukit gamping Sumpang Bita.
 Jarak antara ketiga obyek itu relatif dekat. Mata air adalah sarana untuk mendapatkan kebutuhan manusia. Air adalah kebutuhan pokok manusia, baik pada masa lampau maupun pada masa sekarang. Untuk melihat saling ketergantungan antara ketiga tempat itu akan terlihat pada masing-masing temuannya.


a.   Gua sumpang bita
Gua Sumpang Bita, memiliki langit-langit yang tinggi dan melandai ke belakang. Mulut gua menghadap ke timur (N. 90° E). Gua ini terletak 150 m dari permukaan tanah atau 280m dpl. Kelembaban dan hasil kelapukan 40% dengan PH 6,6. Ukuran mulut gua adalah tinggi 10m dan lebar 14m, sedangkan dalamnya 50m. Gua Sumpang Bita merupakan tempat untuk upacara yang kira-kira memuat lebih dari 2000 orang.
b.   Gua Bulu Sumi
Gua Bulu Sumi ukurannya lebih kecil. Berada di sebelah utara Gua Sumpang Bita; lebarnya 4,10m; dengan kedalaman 8,77m. Gua ini menghadap ke barat laut dan terletak pada ketinggian 200m dpl. Pada gua ini ditemukan 4 cap tangan negatif (hand stencils) dalam kondisi sudah sangat pudar, sehingga sangat sulit untuk diidentifikasi. Selain itu juga ditemukan gundukan sampah dapur berupa cangkang kerang yang terpotong ujung-ujungnya. Hal ini dapat mengindikasikan Gua Bulu Sumi bersifat profan, digunakan untuk bermukim. Gua Bulu Sumi juga merupakan tempat sisa-sisa makanan penduduk Toala

c.    Pelestarian
Gua Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi serta sumber mata air merupakan suatu rangakaian sarana kehidupan masa lampau yang cukup unit dan menarik. Kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia dewasa ini kelestarian cagar budaya kita yang berupa gua-gua ini. Oleh sebab itu kawasan gunung gamping dengan gua-gua prasejarah ini yang cukup tinggi nilainya perlu dilindungi, dipelihara dan dilestarikan. Pelaksanaan pelestarian itu mendapat dukungan dana dari pemerintah Pusat dan bantuan dari pemerintah daerah Tingkat II Kabupaten Pangkep, berupa pembebasan tanah seluas 22 ha. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan Tenggara.
d.   Pemanfaatan
Memanfaatkan sebagai Objek Wisata dan sarana pembelajaran agar lebih paham dengan ilmu pengetahuan sejarah
C.   Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana yang dibangun di daerah ini adalah:
1.    Pagar kawat duri yang dibangun sepanjang 500 m di sebelah utara lokasi yang membatasi antara taman situs dan milik pribadi semen Tonasa.
2.    Jalanan dan jalan setapak ke Gua Sumpang Bitta terdiri atas trap-trap atau anak tangga. Jumlahnya kira-kira 955 tingkat. Para pengunjung menamakannya dengan tangga 1000
3.    Taman yang dihias sedemikian rupa untuk member kesan nyaman dan indah bagi para pengunjung
4.    Rumah informasi yang bentuknya seperti model rumah tradisional Bugis/Makassar
5.    Rumah jaga dan rumah istirahat dibangun supaya pengunjung dapat berhenti beberapa saaat untuk melepaskan lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak bukit, tempat Gua Sumpang Bitta dan Gua Bulu Sumi.



BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Taman prasejarah gua sumpang bita yang berada di Kabupaten Pangkep ini sangat menarik dan unik. Kekreatifan orang toala yang membuat lukisan dari bahan alami seperti daun sirih yang dikunyah/ditumbuk dan dicampur dengan bahan perekat dari tanah liat (OKER) dapat mengukir sejarah.

B.   SARAN – SARAN
Pemerintah bukanlah segalanya dalam menjaga kelestarian warisan budaya. Sebaliknya, kunci kelestarian warisan berada di masyarakat pendukungnya itu sendiri.
Untuk itu pemerintah tidak perlu memberikan penyuluhan terus menerus, melainkan cukup memberikan contoh nyata yakni membuka peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melestarikan warisan budaya yang ada di daerahnya. Masyarakat pasti dmengerti kalau diberi pemahaman. Dalam hal ini tentu tetap ada ekses – ekses lain, tapi setdidaknya dapat dieliminir dengan pemberian pemahaman baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  2008.  Taman Prasejarah Sumpangbita  (Http//  Arkeologi.web.id On Line). Diakses tanggal 17 oktober 2010

Fandeli,Chafid, 1997.  Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta

Kelompok Kerja AMPL Daerah.2007.  Profil Kabupaten Pangkep (Http//Daerah1. ampl.or.id On Line). Diakses tanggal 19 oktober 2010

Kodhyat H, 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia . Grasindo Jakarta.

Pangesti Tri 2007. Modul identifikasi Objek Wisata Alam (On Line). Diakses tanggal 5 Januari  2010.

Pendit, Nyoman S, 1999, Ilmu Pariwisata Sebuah Perdana. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Soekadijo, R. G, 1997. Anatomi Pariwisata : Memahami Pariwisata sebagai Sistem Linkage.  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suwantoro, Gamal, 1997. Dasar-dasar Pariwisata. ANDY. Yogyakarta.

Yoeti, Oka A, 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

















LAMPIRAN

A.   Foto Kegiatan Kelompok
Gambar 3.0 pada saat menempuh gua sumpang bita
Gambar 3.1 saat berada di hadapan lukisan sampan dan babi rusa
B.    Biodata Informan
Nama           : Abd. Jafar
Umur            : >50 Tahun
Jenis Kelamin          : Laki – laki
Pekerjaan     : Pemandu wisata Gua Sumpang Bita

C.   Lembar kerja siswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar